Friday, June 21, 2013

Kematian Maternal



KEMATIAN MATERNAL


A.        Definisi

Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan, atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apa pun yang berhubungan dengan kehamilan atau penaganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab tambahan lainnya.

Berdasarkan definisi kematian maternal digolongkan pada :
(1)    Kematian obstetrik langsung (direct obstetric death)
Disebabkan komplikasi kehamilan, persalinan, nifas, atau penanganannya. Di negara-negara berkembang sebagian besar disebabkan oleh perdarahan, infeksi, gestosis, dan abortus.
(2)    Kematian obstetrik tidak langsung (indirect obstetric death)
Disebabkan oleh penyakit yang sudah ada sebelum kehamilan atau persalinan, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria, dll.
(3)    Kematian yang terjadi bersamaan tetapi tidak ada hubungannya dengan kehamilan dan persalinan, misalnya kecelakaan.

B.        Tingkat Kematian Maternal

Tingkat kematian maternal (Maternal Mortality Rate/Ratio) adalah jumlah kematian maternal selama 1 tahun dalam 100.000 kelahiran hidup.
Maternal Mortality Rate seharusnya untuk population at risk  untuk kehamilan dan persalinan wanita usia produksi (15-44 tahun)
Di negara maju tingkat kematian maternal berkisar 5-10  per 100.000 kelahiran hidup
Di negara berkembang tingkat kematian maternal berkisar 750-1.000 per 100.000 kelahiran hidup
Di Indonesia tingkat kematian maternal berkisar 450 per 100.000 kelahiran hidup.



C.        Penyebab Kematian Maternal :

1.       Faktor-faktor reproduksi
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan 20-30 tahun. Kematian maternal usia <20 tahun 2-5 kali lebih tinggi dibanding pada usia 20-29 tahun dan akan meningkat lagi sesudah usia 30-35 tahun.
Paritas (jumlah kelahiran)
2-3 adalah paritas yang paling aman. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal. Paritas tinggi dapat ditangani dengan KB.
Kehamilan yang tidak diinginkan
World Fertility Survey mengadakan survey di 40 negara berkembang menyatakan
40-60% wanita berkeluarga tidak ingin menambah jumlah anak lagi, namun 50-57% terjadi kehamilan yang tidak diinginkan karena tidak menggunakan metode kontrasepsi yang efektif.

2.       Komplikasi obstetrik
Perdarahan pada abortus
Terjadi pada trimester pertama. Abortus inkomplit karena adanya upaya abortus provokatus pada kehamilan tak diinginkan.
Kehamilan ektopik
Penyakit radang panggul, penyakit hubungan seksual, atau infeksi pasca abortus merupakan faktor predisposisi pada kehamilan ektopik.
Data masih sulit diperoleh khususnya kematian terjadi di tempat yang jauh.
Perdarahan pada kehamilan trimester ketiga
Penyebab utama adalah plasenta previa dan solusio plasenta, perlu tindakan segera.
Perdarahan postpartum
Disebabkan oleh atonia uteri atau sisa plasenta sering berlangsung sangat banyak dan cepat.  Renjatan karena perdarahan banyak akan disusul dengan kematian maternal. Perlu tindakan segera.
Infeksi nifas
Terjadi pada pertolongan persalinan yang tidak mengindahkan syarat-syarat asepsis-antisepsis, pastus lama, ketuban pecah dini, dsb.
Gestosis
Penyebab belum banyak diketahui. Primapara dan gravida pada usia >35 tahun merupakan kelompok ratio gestosis yang tertinggi.
Distosia
Penyebab : lingkungan yang kurang sehat, malnutrisi, penyakit infeksi semasa kanak-kanak dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan ukuran panggul kecil. Ukuran panggul kecil, persalinan sangat muda dapat menyebabkan Distosia dan kelainan plasenta janin.
Jika distosia tidak diatasi maka dapat timbul partus lama bahkan ruptura uteri => kematian maternal.
Penggururan kandungan
Yang dilakukan secara ilegal, terdapat sisa jaringan serta peralatan medis yang tidak steril => kematian maternal.

3.       Faktor-faktor pelayanan kesehatan
(1)    Kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal
(2)    Asuhan medik yang kurang baik
(3)    Kurangnya tenaga terlatih dan obat-obat penyelamat jiwa

4.       Faktor-faktor sosiobudaya
(1)    Kemiskinan
(2)    Ketidaktahuan
(3)    Kebodohan
(4)    Transportasi sulit
(5)    Ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik
(6)    Pantangan makanan tertentu pada wanita hamil

D.        Upaya Menurunkan Tingkat Kematian Maternal :
1.       Pencegahan
Keluarga berencana
Memperoleh pelayanan kontrasepsi efektif sebagaimana diharapkan, sehingga berkuranglah prevalensi abortus provokatus dan prevelensi wanita hamil pada usia lanjut dan paritas tinggi.
Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan rujukan
Pemeriksaan antenatal yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi.
Petugas harus :
·         Mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan usia, paritas, riwayat obsterik buruk, dan perdarahan selama kehamilan.
·         Memberi pengobatan pada penyakit yang menyertai kehamilan
·         Mengenal tanda-tanda dini infeksi, partus lama, perdarahan berlebihan
·         Mengetahui bilamana saat yang tepat untuk merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.
2.       Perbaikan pelayanan gawat darurat
Kemungkinan komplikasi berat terjadi sewaktu-waktu, oleh karena itu petugas harus memiliki kemampuan melakukan tindakan-tindakan darurat secara tepat.
Perdarahan postpartum
Memerlukan tindakan :
·         pengeluaran plasenta secara manual,
·         memberikan obat-obat oksitosin,
·         massase uterus,
·         dan pemberian cairan pengganti transfusi darah.

Infeksi nifas
Hal yang harus dilakukan :
·         meningkatkan kebersihan selama persalinan
·         selalu diingatkan tentang tindakan asepsis pada pertolongan persalinan
·         pemberian antibiotik pada persalinan lama dan ketuban pecah dini
·         parturien dan keluarga perlu diberi penerangan tentang tanda-tanda dini infeksi nifas.

Distosia
Tindakan :
·         postur tubuh kecil atau terlalu pendek, primi atau grandemultigravida perlu dicurigai adanya distosia karena disproporsi sefalopelvik.
·         Pemanfaatan patograf untuk mendeteksi persalinan lama

Abortus provokatus
Pengobatan abortus inkomplit adalah kuratase, yang seharusnya dapat dilakukan dilini terdepan.
Diberikan antibiotik dan diberi antibiotik dosis tinggi jika sudah terjadi infeksi.

3.       Perbaikan jaringan pelayanan kesehatan
Pengadaan tenaga terlatih di pedesaan
Persalinan masih ditolong oleh dukun khususnya di desa-desa. Pemerintah sedang mengupayakan pengadaan tenaga bidan untuk desa, perlu dididik sekitar 80.000 orang bidan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.



Peningkatan kemampuan Puskesmas
Perlu dilengkapi dokter terlatih dan kelengkapan peralatan kesehatan
Dapat mengatasi perdarahan akut, tersedia antibiotik dan cairan yang cukup, dan mampu memberi pertolongan bedah obstetri sederhana.

Rumah sakit rujukan
Harus dilengkapi dengan fasilitas transfusi darah, listrik, air bersih, alat-alat operasi, anestesia, antibiotika dan obat serta bahan lain, dan tenaga terlatih.
Menurut WHO 7 fungsi utama rumah sakit :
(1)    Mampu melakukan tindakan serviks, laparotomi pada ruptura uteri dan kehamilan ektopik, dan evakuasi abortus inkomplit
(2)    Mampu memberikan pelayanan anestesia dan resusitasi jantung paru
(3)    Mampu melakukan tindakan medik pada renjatan, sepsis, dan eklampsia
(4)    Mampu memberikan transfusi darah dan terapi cairan
(5)    Tindakan bedah kebidanan per vaginam serta menggunakan partograf
(6)    Mampu memberikan pelayanan kontrasepsi afektif, khususnya sterilisasi. AKDR, kontrasepsi suntikan, dan susuk
(7)    Mampu mengelola kasus risikon tinggi, antara lain melalui pondok bersalin (maternity waiting homes).

4.       Kematian reproduksi
Pada akhir dekade ini sering di sebut dengan istilah Kematian Reproduksi
Kematian kontrasepsi adalah kematian akibat dari usaha kotrasepsi seperti pemakaian pil antihamil yang diketahui mempengaruhi kardio-vaskular, atau pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang dapat menimbulkan infeksi berat atau tubektomi yang dapat menimbulkan kematian pada ibu tsb.

RUJUKAN
1.         Fathalla MF, Rosenfield A, Indriso C, Scn DK, Ratnam SS. The FIGO Manual of Human Reproduction. Vol 3. Reproduktive Health. Global Issues. The Parthenom Publ Groups, 1989
2.         Kwast BE. Levels and Trend of Maternal Mortality in the Global Contest. Simposium Nasional Kesejahteraan Ibu. Jakarta, 1988

Sejarah Kebidanan

SEJARAH KEBIDANAN


 1. Arti Kebidanan
Zaman Dahulu : Hukum keajaiban alam yang tersebar ( manusia harus berkembangbiak )
Lebih Maju : Hukum alam bagi kedua mahluk yang berlainan jenis sebagai akibat hawa nafsu
Lebih Maju Lagi : Ilmu yang mempelajari kelahiran manusia mulai hamil, lahir dan nifas dipelihara
2. Asal Kata Kebidanan
Berasal dari bahasa asing ( latin ) : OBSTO OBSTERTRIC artinya mendampingi
3. Perkembangan Kebidanan
3.1 PELOPOR YANG BEKERJA SAMA DALAM PERKEMBANGAN KEBIDANAN
A. HIPOKRATES DARI YUNANI THN 460 - 370 SM
Disebut Bapak Pengobatan

  • Menaruh perhatian terhadap kebidanan / keperawatan dan pengobatan
• Wanita yang bersalin dan nifas mendapatkan pertolongan dan pelayanan selayaknya.

B. SORANUS THN 98-138 SM BERASAL DARI EFESUS/TURKI
Disebut Bapak Kebidanan
• Berpendapat bahwa seorang ibu yang telah melahirkan tidak takut akan hantu atau setan dan menjauhkan ketahyulan
• Kemudian diteruskan oleh MOSCION bekas muridnya : meneruskan usahakan dan menulis buku pelajaran bagi bidan-bidan yang berjudul : KATEKISMUS bagi bidan-bidan Roma Pengetahuan bidan semakin maju

3.2 PERKEMBANGAN DI PRANCIS
A. AMBROISE PARE ( 1501-1590 )
Menemukan persi pedali ( sekarang versi ekstraksi ) yaitu memutar anak letak sungsang menjadi letak normal

B. PRANCOIS MAURICEAU
Penarikan kepala pada letak sungsang dengan memasukkan 2 jari kedalam mulut bayi agar kepala fleksi ( prasat mauriseau )

3.3 PERKEMBANGAN DI INGGRIS
A. WILLIAM SMILLIE ( 1697-1763 )
Adalah seorang dokter yang memperdalam ilmunya di Prancis kemudian kembali kesehatan Inggris dan mengembangkan ilmu kebidanan di Inggris ( merobah praktek, menulis buku, mengenai pemasangan cunam, dan ukuran panggul sempit dan normal )
B. WILLIAM HUNTER ( 1716-1788 )
Murid William Smillie melanjutkan usaha William Smillie.



3.4 PERKEMBANGAN DI AMERIKA SERIKAT
Dahulu persalinan di tolong dukun yang tidak berpendidikan apabila wanita sukar melahirkan ia diusir serta ditakuti agar rasa sakit bertambah karena kesedihan.
Yang pertama sekali melakukan praktek kebidanan yaitu : SAMUEL PULLER DAN ISTRINYA ( 1634 ) banyak menolong persalinan dan menghilangkan kepercayaan lama. Orang Amerika mendengar tentang pekerjaan William Smillie dan Hunter dan pergi ke Inggris untuk memperdalam ilmunya.
A. Dr. Jomes Hold (1728-1810)

B. Dr. Willian Shipped ( 1738-1808)
  • Mendirikan kursus kebidanan di RS bersalin
• Menganjurkan partus buatan pada bayi prematur pada ibu yang panggulnya sempit.

C. Dr. Samuel Bard ( 1742-1821), Membuat buku kebidanan
  • Cara pengukuran konjugata diagonalis
  • Kelainan - kelainan panggul
  • Melarang pemeriksaan dalam jika ada indikasi
  • DLL

D. Dr. Walter Channing
  • Yang pertama kali memperhatikan keadaan nifas

E. DLL

Setelah mengalami kemajuan negara lain menyususl.

4. Perkembangan Kebidanan Di Indonesia
ØPelayanan Kebidanan
Zaman Dahulu
Dilakukan oleh dukun pria atau wanita yang dilakukan di rumah penderita atau dukun dengan cara :
  • Membaca Mantra
  • Mengusir setan - setan dengan menyajikan kurban
  • Melakukan masase pada penderita
• DLL





A. KEHAMILAN
• Melakukan pantangan : pantangan makan tertentu, terhadap pakaian, jangan pergi malam-malam, dll
  • Kenduri : dilakukan 3 bulan kehamilan dan pada usia 7 bulan

B. PERSALINAN
Dilakukan dengan duduk di atas tikar dan dukun mengurut-urut perut ibu dan menekannya dan membaca mantra, tali pusat dipotong dengan bambu dan dieri kunyit.
C. NIFAS
Setelah persalinan ibu dimandikan oleh dukun selanjutnya ibu harus bisa merawat diri sendiri dan diberi jamu
  • Sejak dahulu sampai dengan sekarang yang memegang peranan adalah dukun bayi
• Praktek kebidanan modern di Indonesia oleh dokter-dokter Belanda thn 1850 di buka kursus bidan yang pertama sampai dengan 1873
  • 1879 dimulai pendidikan bidan
• 1950 setelah kemerdekaan jumlah para medis kurang lebih 4000 orang, dokter umum 475 orang dan obgyn 6 orang
  • 1979 jumlah obgyn 286 orang, bidan 16.888 orang di seluruh Indonesia
• Pertolongan persalinan untuk masyarakat desa lebih banyak oleh dukun tradisional kurang lebih 90 %, bidan 6 %, dokter 1 %

Tahun 1950 didirikan balai - balai kesejahteraan ibu dipimpin oleh bidan yang kegiatannya :
1. Pemeriksaan ANC
2. Pemeriksaan PNC
3. Pemeriksaan dan pengawasan bayi dan anak balita
4. KB
5. Penyuluhan kesehatan di BKIA diadakan pelatihan dukun bayi


AKAR SEJARAH PENDIDIKAN BIDAN

• Sekolah bidan Pertama : tahun 1856 oleh Dr. Van Der Bosch, seorang dokter militer Belanda yang membuka pendidikan bidan wanita pribumi di Batavia atau Jakarta berlangsung 2 tahun
  • Thn 1902 dibuka pendidikan bidan oleh wanita Pribumi
• Thn 1904 dibuka pendidikan bidan untuk keturunan Belanda Indo di RS swasta di Makasar, bidan tersebut harus mau ditempatkan dimana saja, pemerintah memberi tunjangan kurang lebih 15-25 golden/bulan menjadi 40 golden/bulan (1922)
  • Thn 1912/1913 di buka pendidikan tenaga keperawatan di CBZ ( RSUP Semarang )
§Lulusan perawat wanita dapat meneruskan pendidikan bidan selama 2 tahun
§Lulusan perawat pria dapat meneruskan pendidikan kesehatan masyarakat selama 2 tahun
• Thn 1915 Perkumpulan Budi Kemulyaan mendirikan pendidikan bidann dengan tujuan
§Memperbaiki nasib ibu hamil, bersalin dan bayi sampai kepelosok pedesaan
§Menyelenggarakn pendidikan akan tenaga-tenaga dilapangan kebidanan
§Mempertinggi derajat ilmu kebidanan dan segala sesuatu yang bersangkutan dengan itu
• Thn 1920 dikeluarkan suatu peraturan untuk membedakan bidan dari 2 dasar pendidikan
§Bidan kelas 1 : bidan dari dasar pendidikan Mulo habis 3 thn
§Bidan kelas II: Bidan dari lulusan perawat ( menyangkut ketentuan gaji dan tunjangan )
• Thn 1930 Pemerintah Belanda membuka pendidikan bidan dengan dasar pendidikan MULO
• Thn 1954 dibuka pendidikan guru bidan di Bandung, awalnya pendidikan hanya 1 tahun - 2 tahun - 3 tahun dan kemudian dilebur menjadi sekolah guru perawat ( SPG)
• Penutupan SPG oleh Depkes 1976 meresahkn IBI dan mencari jalan keluar agar Depkes meninjau kembali keputusan tersebut

• Pada thn 1985 pendidikan bidan dibuka di sepuluh propinsi dengan dasar pendidikan atau lulusan dari SPK / SPR dan telah bekerja selama 3 tahun
• Thn 1990 dibuka pendidikan bidan yang memperbolehkan SPK mengikuti pendidikan bidan selama 1 tahun dan penempatan di Desa-desa.
§ Memberikan pelayanan kebidanan di desa untuk kesehatan ibu dan anak dalam rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menurunkan kematian ibu dan anak.
• Thn 1993 yaitu latar belakang pendidikan SMP + pendidikan bidan selama 3 tahun (program bidan C)
• Thn 1993 program bidan B yaitu lulusan dari Akper lama pendidikan selama 1 tahun (dibuka untuk memepersiapkan tenaga pengajar kebidanan)
• Keputusan Mentri Pendidikan dan kebudayaan RI No. 009/U/1996 tentang kurikulum baru yang berlaku secara Nasional Program D-III Kebidanan
• Selanjutnya IBI mengharapkan pendidikan Bidan lebih lanjut atau lebih signifikan bila pada jenjang strata I atau S-1 merupakan jerih payah bidan untuk mengangkat derajat pendidikan bidan
• Tahun 2000 Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan tentang D-IV Kebidanan di FK UGM,FK UNPAD Tahun 2002 di FK USU.
• Tahun 2005 Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan tentang S2 Kebidanan di FK UNPAD.