KEMATIAN MATERNAL
A.
Definisi
Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan, atau
dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan
lokasi kehamilan, disebabkan oleh apa pun yang berhubungan dengan kehamilan
atau penaganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab tambahan
lainnya.
Berdasarkan definisi kematian maternal digolongkan pada :
(1)
Kematian obstetrik langsung (direct obstetric death)
Disebabkan komplikasi kehamilan, persalinan, nifas, atau penanganannya.
Di negara-negara berkembang sebagian besar disebabkan oleh perdarahan, infeksi,
gestosis, dan abortus.
(2)
Kematian obstetrik tidak langsung (indirect obstetric death)
Disebabkan oleh penyakit yang sudah ada sebelum kehamilan atau
persalinan, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia,
malaria, dll.
(3)
Kematian yang terjadi bersamaan tetapi tidak ada
hubungannya dengan kehamilan dan persalinan, misalnya kecelakaan.
B.
Tingkat
Kematian Maternal
Tingkat kematian maternal (Maternal
Mortality Rate/Ratio) adalah jumlah kematian maternal selama 1 tahun dalam
100.000 kelahiran hidup.
Maternal Mortality Rate seharusnya
untuk population at risk untuk kehamilan dan persalinan wanita usia
produksi (15-44 tahun)
Di negara maju tingkat kematian maternal berkisar 5-10 per 100.000 kelahiran hidup
Di negara berkembang tingkat kematian maternal berkisar 750-1.000 per
100.000 kelahiran hidup
Di Indonesia tingkat kematian maternal berkisar 450 per 100.000 kelahiran
hidup.
C.
Penyebab
Kematian Maternal :
1.
Faktor-faktor reproduksi
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan 20-30 tahun. Kematian maternal
usia <20 tahun 2-5 kali lebih tinggi dibanding pada usia 20-29 tahun dan
akan meningkat lagi sesudah usia 30-35 tahun.
Paritas (jumlah kelahiran)
2-3 adalah paritas yang paling aman. Lebih tinggi paritas lebih tinggi
kematian maternal. Paritas tinggi dapat ditangani dengan KB.
Kehamilan yang tidak diinginkan
World Fertility Survey mengadakan survey di 40 negara berkembang
menyatakan
40-60% wanita berkeluarga tidak ingin menambah jumlah anak lagi, namun
50-57% terjadi kehamilan yang tidak diinginkan karena tidak menggunakan metode
kontrasepsi yang efektif.
2.
Komplikasi obstetrik
Perdarahan pada abortus
Terjadi pada trimester pertama. Abortus inkomplit karena adanya upaya
abortus provokatus pada kehamilan tak diinginkan.
Kehamilan ektopik
Penyakit radang panggul, penyakit hubungan seksual, atau infeksi pasca
abortus merupakan faktor predisposisi pada kehamilan ektopik.
Data masih sulit diperoleh khususnya kematian terjadi di tempat yang
jauh.
Perdarahan pada kehamilan trimester
ketiga
Penyebab utama adalah plasenta previa dan solusio plasenta, perlu
tindakan segera.
Perdarahan postpartum
Disebabkan oleh atonia uteri atau sisa plasenta sering berlangsung sangat
banyak dan cepat. Renjatan karena
perdarahan banyak akan disusul dengan kematian maternal. Perlu tindakan segera.
Infeksi nifas
Terjadi pada pertolongan persalinan yang tidak mengindahkan syarat-syarat
asepsis-antisepsis, pastus lama, ketuban pecah dini, dsb.
Gestosis
Penyebab belum banyak diketahui. Primapara dan gravida pada usia >35
tahun merupakan kelompok ratio gestosis yang tertinggi.
Distosia
Penyebab : lingkungan yang kurang sehat, malnutrisi, penyakit infeksi
semasa kanak-kanak dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan ukuran
panggul kecil. Ukuran panggul kecil, persalinan sangat muda dapat menyebabkan
Distosia dan kelainan plasenta janin.
Jika distosia tidak diatasi maka dapat timbul partus lama bahkan ruptura
uteri => kematian maternal.
Penggururan kandungan
Yang dilakukan secara ilegal, terdapat sisa jaringan serta peralatan
medis yang tidak steril => kematian maternal.
3.
Faktor-faktor pelayanan kesehatan
(1)
Kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal
(2)
Asuhan medik yang kurang baik
(3)
Kurangnya tenaga terlatih dan obat-obat
penyelamat jiwa
4.
Faktor-faktor sosiobudaya
(1)
Kemiskinan
(2)
Ketidaktahuan
(3)
Kebodohan
(4)
Transportasi sulit
(5)
Ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik
(6)
Pantangan makanan tertentu pada wanita hamil
D.
Upaya
Menurunkan Tingkat Kematian Maternal :
1.
Pencegahan
Keluarga berencana
Memperoleh pelayanan kontrasepsi efektif sebagaimana diharapkan, sehingga
berkuranglah prevalensi abortus provokatus dan prevelensi wanita hamil pada
usia lanjut dan paritas tinggi.
Pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan rujukan
Pemeriksaan antenatal yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi
kasus risiko tinggi.
Petugas harus :
·
Mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang
berhubungan dengan usia, paritas, riwayat obsterik buruk, dan perdarahan selama
kehamilan.
·
Memberi pengobatan pada penyakit yang menyertai
kehamilan
·
Mengenal tanda-tanda dini infeksi, partus lama,
perdarahan berlebihan
·
Mengetahui bilamana saat yang tepat untuk
merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.
2.
Perbaikan pelayanan gawat darurat
Kemungkinan komplikasi berat terjadi sewaktu-waktu, oleh karena itu
petugas harus memiliki kemampuan melakukan tindakan-tindakan darurat secara
tepat.
Perdarahan postpartum
Memerlukan tindakan :
·
pengeluaran plasenta secara manual,
·
memberikan obat-obat oksitosin,
·
massase uterus,
·
dan pemberian cairan pengganti transfusi darah.
Infeksi nifas
Hal yang harus dilakukan :
·
meningkatkan kebersihan selama persalinan
·
selalu diingatkan tentang tindakan asepsis pada
pertolongan persalinan
·
pemberian antibiotik pada persalinan lama dan
ketuban pecah dini
·
parturien dan keluarga perlu diberi penerangan
tentang tanda-tanda dini infeksi nifas.
Distosia
Tindakan :
·
postur tubuh kecil atau terlalu pendek, primi
atau grandemultigravida perlu dicurigai adanya distosia karena disproporsi
sefalopelvik.
·
Pemanfaatan patograf untuk mendeteksi persalinan
lama
Abortus provokatus
Pengobatan abortus inkomplit adalah kuratase, yang seharusnya dapat
dilakukan dilini terdepan.
Diberikan antibiotik dan diberi antibiotik dosis tinggi jika sudah
terjadi infeksi.
3.
Perbaikan jaringan pelayanan kesehatan
Pengadaan tenaga terlatih di
pedesaan
Persalinan masih ditolong oleh dukun khususnya di desa-desa. Pemerintah
sedang mengupayakan pengadaan tenaga bidan untuk desa, perlu dididik sekitar
80.000 orang bidan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Peningkatan kemampuan Puskesmas
Perlu dilengkapi dokter terlatih dan kelengkapan peralatan kesehatan
Dapat mengatasi perdarahan akut, tersedia antibiotik dan cairan yang
cukup, dan mampu memberi pertolongan bedah obstetri sederhana.
Rumah sakit rujukan
Harus dilengkapi dengan fasilitas transfusi darah, listrik, air bersih,
alat-alat operasi, anestesia, antibiotika dan obat serta bahan lain, dan tenaga
terlatih.
Menurut WHO 7 fungsi utama rumah sakit :
(1)
Mampu melakukan tindakan serviks, laparotomi
pada ruptura uteri dan kehamilan ektopik, dan evakuasi abortus inkomplit
(2)
Mampu memberikan pelayanan anestesia dan
resusitasi jantung paru
(3)
Mampu melakukan tindakan medik pada renjatan,
sepsis, dan eklampsia
(4)
Mampu memberikan transfusi darah dan terapi
cairan
(5)
Tindakan bedah kebidanan per vaginam serta
menggunakan partograf
(6)
Mampu memberikan pelayanan kontrasepsi afektif,
khususnya sterilisasi. AKDR, kontrasepsi suntikan, dan susuk
(7)
Mampu mengelola kasus risikon tinggi, antara
lain melalui pondok bersalin (maternity
waiting homes).
4. Kematian
reproduksi
Pada akhir dekade ini sering di sebut dengan istilah Kematian Reproduksi
Kematian kontrasepsi adalah
kematian akibat dari usaha kotrasepsi seperti pemakaian pil antihamil yang
diketahui mempengaruhi kardio-vaskular, atau pemakaian alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR) yang dapat menimbulkan infeksi berat atau tubektomi yang dapat
menimbulkan kematian pada ibu tsb.
RUJUKAN
1.
Fathalla MF, Rosenfield A, Indriso C, Scn DK, Ratnam
SS. The FIGO Manual of Human Reproduction. Vol 3. Reproduktive Health. Global
Issues. The Parthenom Publ Groups, 1989
2.
Kwast BE. Levels and Trend of Maternal Mortality in
the Global Contest. Simposium Nasional Kesejahteraan Ibu. Jakarta, 1988